Liburan
kemarin terasa sangat pendek. Pondok hanya memberiku liburan seminggu
sedangkan libur sekolah dua minggu. Pada minggu pertama aku sangat
banyak kegiatan, terutama buat persiapan PDT karena aku ikut kegiatan
tersebut.
Hari
pertama sampai hari ketiga liburan kuisi hari-hariku dengan latihan
PDT. Hari keempat liburanku, hari itu hari pertama PDT, perjalanan
terasa sangat melelahkah, terlebih karena kita belum berpengalaman,
belum pernah ikut kegiatan itu. Kita melewati sawah-sawah yang sangat
bagus, tetapi sangat panas. Kami sangat sering berhenti dan
tidur-tiduran di bawah pohon di pinggir jalan, sungguh nyaman. Tas
gendong masih terasa sangat berat. Semua beban belum ada yang
berkurang. Aku merasa letih, letih, dan letih. Aku sempat menyesal
mengapa ikut PDT. Tetapi sesalku tiada guna, akhirnya aku memutuskan
untuk menikmati perjalanan. Kami mulai menyanyikan yel-yel yang
membuat kita semangat lagi. Botol demi botol aqua pangkalan kita, MAN
1 Yogyakarta, mulai habis. Akhirnya kita memutuskan untuk meminta
pada penduduk di desa yanmg kami lalui. Kita sholat di masjid yang
kita lalui dan sambil mengambil air wudhu, kita sekalian mengambil
air untuk minum.
Sungguh
saat itu air keranpun sangat nikmat rasanya. Pos demi pos telah
dilalui, kami ingin segera sampai ke basecame. Kami sampai basecame
sudah malam. Yang paling kami inginkan hanyalah tidur, tidur, dan
tidur. Kami lalu membuat bivak seadanya, para purna menjenguk kami.
Setiap malam kita mengevaluasi perjalanan hari itu.
Akhirnya
kami tidur. Jam 3 hari kedua kita bangun, tetapi ternyata kamar mandi
umum antre panjang. Akhirnya kami mandi di rumah penduduk. Kami lalu
masak 2 mie untuk 7 orang. Sesuap mie sungguh sangat sangatlah enak.
Selebih lagi hari itu kami mau melanjutkan perjalanana lagi
berpuluh-puluh kilometer. Kami apel pagi dan melanjutkan perjalanan
dengan semangat. Pangkalan kita sangat kompkak, seragam sama,
coverbag sama, pokoknya kompak. Saat kita nyanyi yel-yel bersama
sepangkalan, tidak ada pangkalan lain yang berani menandingi. Sungguh
aku sudah mulai bisa
menukmati
perjalanan. Sebelum mulai berjalan tadi, kita memakai minyak tawon
pada kaki kita agar tidak sakit, kita juga minum madu untuk menambah
tenaga. Akhirnya di jalan kami kuat. Misalnya ada satu dua anak cewek
yang gak kuat
berjalan, anak cowok siap menariknya atau mendorongnya dengan
tongkat, sungguh di situ aku merasakan persaudaraan yang sangat kuat,
aku terharu. Temanku ada yang punya banyak kapal di kakinya, sungguh
kasihan aku melihatnya. Akhirnya teman-teman dari sangga cowok
memutuskan untuk membawakan tas temanku itu. Semua rasa egois di
hilangkan, amarah dihilangkan, dan yang paling perlu yaitu
menghindari mengeluh, karena saat mengeluh, perjalanan terasa sangat
sangatlah berat.
Akhirnya
kamipun tiba di bascame kedua, di samping brimob Sentolo. Sesampainya
di sana kami melakukan laporan, dan kami sangat kompak,
laporan
dilakukan sepangkalan sekaligus, bukan per sangga, kamipun
menyanyikan yel-yel dengan sangat bangga. Lalu kami melanjutkan
dengan membuat bivak, makan,
dan
tidur. Malam itu hujan deras, tapi karena kami ingin jadi penggembara
sejati, kami memutuskan untuk tetap tidur di bivak.
Hari
ketiga perjalanan masih sama seperti hari kedua, namun lebih kompak
karena jika pas hari pertama dan kedua ada satu sangga yang kuat
untuk berjalan di awal dan meningggalkan dua sangga yang lain, pada
hari ketiga, kami benar-benar berjalan sepangkalan dan menyanyikan
yel-yel bersama dan gak
terasa kami sampai di basecame tiga setelah melewati desa, kota,
hutan, sawah, dan pos-pos yang telah disediakan. Hari itu benar-benar
hari yang melelahkan tetapi sekaligus menyenangkan. Basecame tiga
kami ada di dekat SD Bibis. Perjalanan hari ketiga tadi kita
hujan-hujanan. Sampai di SD kami laporan dengan kondisi sangat
dingin. Kami lalu membuat bivak di tempat yang sudah disediakan,
untungnya tempat kami tidak tergenang air.
Pada
malam harinya sungguh malam yang berat, malam itu hujan deras dan
sangga kerja baru menyuruh evakuasi barang saat hujan sudah deras.
Kami pun berlari-lari menyelamatkan barang. Malam itu kami tidur di
emperan depan kelas-kelas, dingin banget, tidur dengan sarung, di
lantai yang basah. Dan yang lebih konyolnya lagi, kita kehabisan air,
dan sangat males untuk sekedar mengambil air di masjid untuk minum
karena hujan sangat lebat, akhirnya dengan PDnya kami menadah air
dari genteng, ada sensasi dingin, seperti air es, kami tidak
menyadari bahwa itu air genteng yang sangat mungkin banyak kotoran,
bahkan satu botol tidak cukup, kami ambil botol lain dan di isi air
yang sama, tapi yang kali ini dicampur marimas, enak banget. Saat
sedang asyik-asyiknya minum, ada kakak-kakak sangker
yang tertawa terbahak-bahak melihat ulah kami. Kami baru menyadarinya
dan kamipun sangat malu. Di kemudian hari, pengalaman itu tidak
pernah terlupakan. Pengalaman konyol saat PDT.
Hari
keempat kami tidak melakukan perjalanan, hari itu adalah pelaksanaan
lomba-lomba, seperti batik, poster, fotografi, aster, FKR, dan ada
bazar dan baksos. Aku ikit kegiatan baksos, aku membagikan sembako
kepada pendududk setempat yang punya kupon, kebanyakan yang datang
adalah simbah-simbah, aku sangat kasihan. Ada juga simbah-simbah
renta yang tidak punya kupon, tetapi sangat menginginkan sembako
tersebut. Aku bingung dan kasihan, tetapi simbah-simbah tersebut
akhirnya tetap tidak mendapatkan sembako, kasihan sekali. Pada malam
harinya menampilkan FKR, kami sangat semangat, semua dicurahkan agar
FKRnya menang, akhirnyapun kami juara tiga.
Hariterakhir
PDT, hari kelima kami melanjutkan perjalanan, tujuan kami adalah
balai kota Yogyakarta. Kami berjalan dan terus berjalan. Hari itu
sebagian besar rute yang kami lewati adalah berupa kota. Cuaca sangat
panas. Setiap kali ada penjual sup buah aku sangat ingin membelinya,
tetapi keinginan itu kutahan hingga sampai di SMK 6. Ketika sampai di
SMK 6 aku langsung mencari sup buah, dan rasanya,.. hhhmmm, sangatlah
segar. Kami berjam-jam di SMK 6. Selama di sana, hujan deras
mengguyur wilayah DIY. Dingin banget, tetapi kami tetap semangat
menyanyikan yel-yel. Setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan ke
balai kota.
Itulah
sebagian kecil pengalamanku saat PDT (Pengembaraan Desembar
Tradisional) dan pada akhirnyapun aku sangat suka PDT. Aku tahun
depan ingin ikut lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar